The Da Vinci Code mendasarkan klaimnya bahwa Yesus dan Maria menikah dan punya anak terutama berdasarkan satu ayat di Injil Gnostik Filipus yang mengindikasikan Yesus dan Maria “berteman” (pasangan). Ayat itu berbunyi (dalam kurung berarti ada kata-kata di dokumen hilang atau tidak terbaca):
Ada perempuan yang selalu berjalan dengan tuan. Maria ibunya, saudaranya, dan Maria Magdala, yang disebut kompanyon (koinonos) Untuk “Maria” adalah nama saudaranya, ibunya, dan kompanyonnya (koinonos)”
Di The Da Vinci Code, tokoh fiksi ahli Sir Leigh Teabing menyatakan kata kompanyon (koinonos) bisa berarti pasangan. Tapi menurut para ahli, interpretasi itu tidak tepat. Untuk memulainya, kata yang umum digunakan merujuk sebagai isteri di bahasa Yunani di Perjanjian Baru adalah “gune”, bukan “koinonos”. Ben Witherington III, menulis di Biblical Archaeological Review, membahas ini langsung,
Ada kata Yunani lain, gune, yang membuatnya jadi jelas. Sangat mungkin “koinonos” di sini berarti “saudara” dalam artian spiritual, karena itulah (pemahaman itu) digunakan ditempat lain dalam literatur jenis ini. Dari sisi apapun, teks ini tidak dengan jelas menyatakan atau bahkan mengusulkan bahwa Yesus menikah, apalagi menikah dengan Maria Magdalena.”[1]
Juga ada satu ayat di Injil Filipus yang menyatakan Yesus mencium Maria.
Kompanyon dari adalah Maria Magdala. Si dia (Maria) lebih dari para murid, sering menciumnya (Maria). Yang lain…mengatakan kepadanya, ‘Kenapa kamu mencintai dia (Maria) lebih dari kita semua?”
Menyambut teman dengan ciuman sudah biasa dilakukan di abad pertama, dan tidak punya konotasi seksual. Professor Karen King menjelaskan dalam bukunya Injil Maria Magdala, bahwa ciuman di (Injil) Filipus sangat mungkin merupakan ciuman persahabatan.
Tapi munckin lebih penting adalah fakta Injil Filipus ditulis oleh penulis tak dikenal sekitar 200 tahun setelah catatan saksi mata Perjanjian Baru (Lihat “Apakah Perjanjian Baru Handal ” dan “Senyum Mona Lisa ”).
Juga penting untuk dicatat, selain beberapa kalimat yang dipertanyakan, tidak ada dokumen bersejarah lain yang merujuk adanya hubungan romantis antara Yesus dengan Maria. Tidak ada sejarahwan sekuler, Yahudi, atau sejarahwan Kristen mula-mula menulis satu titikpun tentang hubungan semacam itu. Dan karena kedua injil, Injil Maria dan Injil Filipus, ditulis 110 – 220 tahun setelah Kristus oleh penulis tak dikenal, pernyataan-pernyataan mereka tentang Yesus dan Maria perlu dievaluasi dalam konteks sejarah kontemporer dan dokumen yang lebih awal Perjanjian Baru.