Tuhan
Setelah Yesus naik ke sorga, para rasul mengejutkan orang Yahudi dan Romawi dengan memproklamirkan Yesus sebagai “Tuhan”.[3] Dan para rasul melakukan, yang tak terpikirkan sebelumnya dan menyembah Yesus, bahkan bersembahyang kepadaNya seperti kepada Allah. Stefanus berdoa,”Tuhan Yesus, terimalah nyawaku,” pada saat dia dilempari batu sampai mati. (Kisah Para Rasul 7:59).
Orang percaya lain bergabung bersama Stefanus, yang bahkan menghadapi kematian, “tidak pernah seharipun …. untuk mengajar dan menyebarkan Injil Yesus (Kisah Para Rasul 5:42). Para rasul, sebagian besar martir, mewarisi pengetahuan mereka akan Yesus kepada bapa-bapa gereja yang membawa pesan mereka kepada generasi berikutnya.
Ignatius, murid Rasul Yohanes yang menulis kedatangan kedua Yesus, mengatakan, “Lihat Dia yang mengatasi waktu, Dia yang tidak terikat waktu, Dia yang tak terkalahkan.” Dalam sebuah surat kepada Polycarp dia menyatakan, “Yesus adalah Allah”, dan kepada orang Efesus dia menulis, “… Allah sendiri datang dalam bentuk manusia, untuk memperbaharui kehidupan kekal. ( Efesus 4:13)
Clement dari Roma (tahun 92), juga mengajarkan ke-Tuhan-an Yesus, mengatakan, “Kita berpikir Yesus Kristus adalah Allah.” (Korintus 1:1)
Polycarp, juga murid Yohanes, diadili dihadapan proconsul Romawi karena menyembah Yesus sebagai Tuhan. Pada saat kerumunan orang meminta dia dihukum mati, hakim Romawi meminta dia menyatakan Kaisar sebagai TUhan. Tapi Polycarp tetap bertahan, daripada mencabut pernyataannya bahwa Yesus adalah Tuhannya, menjawab:
Delapan puluh enam tahun saya telah melayani Kristus, dan Dia tidak pernah memperlakukan saya dengan buruk. Bagaimana saya bisa menghujat raja saya yang telah menyelamatkan saya?”[4]
Pada saat gereja mula-mula berkembang, Gnostik dan sekte-sekte lain mulai mengajarkan bahwa Yesus adalah mahluk ciptaan, lebih rendah daripada Bapa. Hal ini memuncak pada abad ke empat, ketika Arius, pengkhotbah populer dari Libya, mendesak banyak pemimpin bahwa Yesus bukanlah sepenuhnya Allah. Kemudian ditahun 325 di Dewan Nicaea (Council of Nicaea), para pemimpin gereja berkumpul untuk menyelesaikan isu apakah Yesus adalah Pencipta atau ciptaan belaka.[5] Para pemimpin gereja ini dengan suara hampir bulat (dari 318 uskup hanya 2 menolak) menegaskan kembali keyakinan lama orang Kristen dan ajaran Perjanjian Baru bahwa Yesus benar-benar sepenuhnya Allah.[6]