Menembak Kanon
The Da Vinci Code juga menyebutkan Konstantin menghancurkan semua dokumen mengenai Yesus selain yang ditemukan pada kanon Perjanjian Baru seperti sekarang (diakui oleh gereja sebagai laporan saksi mata otentik para rasul). Ditambahkan bahwa catatan Perjanjian Baru diubah oleh Konstantin dan para uskup untuk menciptakan Yesus yang baru. Eleman kunci lain konspirasi The Da Vinci Code adalah ke empat Injil dipilih dari total “lebih dari 89 Injil”, kebanyakan dimusnahkan oleh Konstantin.[5]
Ada dua isu sentral disini, dan kita perlu membahas keduanya. Pertama adalah apakah terjadi bias atau ‘asal pilih’ Konstantin atas buku-buku di Perjanjian Baru. Kedua adalah apakah dokumen-dokumen, yang dilarangnya, seharusnya dimasukkan dalam Kitab Suci.
Mengenai isu pertama, surat-surat dan dokumen yang ditulis para pemimpin gereja abad kedua dan juga termasuk aliran (sekte-sekte) sesat mengkonfirmasikan penggunaan buku-buku Perjanjian Baru. Hampir 200 tahun sebelum Konstantin menyelenggarakan konvensi Dewan Nicaea, aliran sesat Marcion mendaftar 11 dari 27 buku Perjanjian Baru sebagai tulisan otentik para rasul.
Pada saat yang hampir bersamaan, aliran sesat lain, Valentinus, memakai secara luar tema dan banyak tulisan dari Perjanjian Baru. Diketahui, kedua aliran sesat ini adalah musuh dari kepemimpinan gereja mula-mula, dan mereka tidak menulis apa yang diinginkan oleh para uskup. Kendati begitu, sama seperti gereja mula-mula, mereka masih tetap memegang referensi yang sama dengan Perjanjian Baru dengan apa yang kita baca sekarang.
Jadi, kalau Perjanjian Baru sudah digunakan secara luas 200 tahun sebelum Konstantin dan Dewan Nicaea, bagaimana kaisar bisa menciptakan atau mengubahnya? Pada saat gereja sudah tersebar luas dan meliputi ratusan, kalau bukan jutaan, orang percaya, dan mereka semua akrab dengan catatan Perjanjian Baru.
Dalam bukunya The Da Vinci Deception (Tipuan Da Vinci), mengenai analisa terhadap buku The Da Vinci Code, Dr. Erwin Lutzer mencatat,
Konstantin tidak memutuskan buku-buku mana yang masuk dalam kanon; sesungguhnya topik kanon tidak muncul dalam sidang Dewan Nicaea. Pada saat gereja mula-mula membaca sebuah buku-buku kanon maka sudah diputuskan bahwa itu adalah Firman Allah dua ratus tahun sebelumnya.”[6]
Meskipun kanonisasi resmi masih membutuhkan waktu tahunan sebelum difinalisasikan, Perjanjian Baru saat ini sudah ditegaskan otentik lebih dari 200 tahun sebelum Nicaea.
Hal ini membawa kita kepada isu kedua; kenapa injil-injil Gnostik, yang misterius itu, dimusnahkan dan dikeluarkan dari Pernjanjian Baru? Dalam buku itu, Teabing meyakinkan bahwa tulisan-tulisan Gnostik dihapuskan dari 50 Kitab Suci yang ditulis oleh dewan atas perintah Konstantin. Dengan antusias dia berkata kepada Neveu:
Klik di sini untuk membaca halaman 6 dari 10