- Batu itu ditemukan 10 tahun lalu di Yordania.
- Seorang warga Israel – Swiss menyimpannya dirumahnya di Zurich setelah dia membelinya dari seorang pedagang barang antik.
- Batu itu memiliki dua kolom huruf-huruf Ibrani yang ditulis dengan tinta dalam 87 baris.
- Para ahli menyatakan batu berasal dari abad pertama sebelum Masehi, jadi beberapa puluh tahun sebelum Kristus lahir.
- Dua orang ahli Israel mempublikasikan analisa mereka terhadap batu itu setahun lalu.
- Batu dalam kondisi patah dan pada beberapa kata tintanya sudah kabur sehingga sukar dibaca.
- Pesan itu dijuluki, “Wahyu Jibril”, dan menunjukkan penulisan bergaya Perjanjian Lama dari nabi-nabi Israel; Daniel, Zakaria, dan Hagai.
- Baris ke 80 dimulai dengan kata, “Dalam tiga hari…”, tapi kata yang sangat penting berikutnya sukar dibaca.
Masalah Besar
Meski Knohl percaya pesan itu bernilai sejarah penting, apa yang disebutkan oleh pesan itu meragukan. Knohl berpendapat baris ke 80 sebaiknya dibaca,“Dalam tiga hari engkau akan hidup, Aku Jibril (Gabriel) memerintahkanmu”. Dia percaya pesan itu mungkin merujuk pada seorang pemberontak bernama “Simon” yang dibunuh oleh pasukan Herodes.
Namun ahli bahasa Ibrani, Moshe Bar-Asher, menyatakan:
Ada satu masalah, pada tempat paling penting dari teks ternyata teksnya kurang. Saya mengerti kecenderungan Knohl untuk menemukan adanya kunci pada periode sebelum-Kristen, tapi pada dua sampai tiga baris penting ada banyak kata yang hilang”.[5]
Dengan kata lain, terjemahan kata Ibrani sangatlah sukar dan agak subyektif.
Dan subyektifitas adalah makanan para penggagas teori konspirasi. Sejarahwan Paul Johnson menulis:
Sayangnya, para sejarahwan jarang seobyektif seperti yang mereka harapkan. Sejarah Alkitab dimana orang Kristen, Yahudi dan ateis terlibat dalam keyakinan atau prasangka yang merasuk sampai akar paling dalam keberadaan kita adalah area dimana secara khusus obyektifitas sukar jika tidak mungkin dicapai”.[6]
Kendati begitu, jika batu itu terbukti asli dan penafsiran Knohl atas pesan itu benar, maka secara sejarah akan jadi penting. Tapi apakah pesan di batu itu membuktikan dugaan dia bahwa cerita tentang kebangkitan Yesus adalah tipuan?
Itu pasti merupakan perluasan. Faktanya, ada beberapa kesukaran besar atas teori itu, yaitu:
- Rincian mengenai garis keturunan Yesus, kehidupan, kematian, penguburan dan kebangkitan ada diratusan nubuatan Perjanjian Lama. Bagaimana pemenuhan semua nubuatan itu melalui konspirasi?
- Bagaimanan Yesus bisa merencanakan kematian dan kebangkitan-Nya sendiri dihadapan para musuh-Nya, Romawi dan Yahudi? Berkaitan dengan bukti-bukti yang menentang kebangkitan Yesus, secara aneh mereka terdiam. Kenapa? (Lihat; “Apa Benar Yesus Bangkit dari Kematian?”)
- Kenapa para musuh Yesus di abad pertama mengutip pesan seorang Mesias yang akan mati dan bangkit lagi, sebagai bukti menentang kebangkitan-Nya?
- Jika orang Yahudi abad pertama mengharapkan seorang Mesias yang mati dan bangkit lagi, kenapa sejarahwan Yahudi seperti Josephus tidak memasukkan fakta historis ini dalam tulisan-tulisan mereka?
- Mengapa para murid Yesus bersedia mengorbankan hidup mereka demi kebohongan jika Yesus tidak benar-benar bangkit dari kematian? Apa untungnya bagi mereka dengan berbohong?
Hal-hal ini dan pertanyaan-pertanyaan lain akan jadi topik sejumlah perdebatan ketika pesan di batu itu dianalisa dan diartikan oleh para ahli.
Akan membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai semua bukti diperoleh dan dinilai sebelum nilai sejarah “Wahyu Jibril” benar-benar diketahui.
Dalam setiap peristiwa, kasus kebangkitan Yesus tetap jadi target utama bagi mereka yang mencoba menentang keasliannya.
Seorang skeptis yang memulai investigasinya atas kebangkitan Yesus, berencana membantah kebangkitan dengan menulis rinciannya dalam sebuah buku. Kesimpulannya mengejutkan. Untuk melihat apa yang dia temukan, baca; “Apa Benar Yesus Bangkit dari Kematian?”