Otoritas Allah
Orang Yahudi selalau memandang Allah maha kuasa. Kekuasaan (otoritas) adalah istilah yang dikenal baik di Israel, yang sedang dijajah Romawi. Pada masa itu, perintah Kaisar bisa langsung mengirim pasukan ke medan perang, mengutuk atau menghukum penjahat, dan menetapkan hukum dan mengatur pemerintahan. Pada kenyataannya, kekuasaan Kaisar begitu besar sehingga dia sendiri mengklaim dirinya sama dengan Tuhan.
Sebelum meninggalkan dunia, Yesus menjelaskan cakupan otoritasnya:
KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Apa yang dimaksudkan dengan Yesus telah “diberikan” kuasa?
(Matius 28:18).
Dalam kalimat menakjubkan ini, Yesus mengklaim mempunyai ke-maha kuasa-an bukan saja di dunia tapi juga di sorga. John Piper menjelaskan,
Inillah kenapa teman dan musuh Yesus kaget dan kaget lagi atas apa yang Dia katakan dan lakukan. Dia bisa berjalan di sebuah jalanan, terlihat sama seperti orang biasa lain, kemudian berbalik dan mengatakan sesuatu seperti, “Sebelum Abraham, Aku ada.” Atau, “Jika kamu melihat Aku, kamu sudah melihat Bapa.” Atau, dengan sangat tenang, setelah dituduh menghujat, dia akan mengatakan, “Anak Manusia punya kuasa di dunia untuk mengampuni dosa.” Kepada orang meninggal Dia mengatakan, “Keluar”, atau “Bangkitlah.” Dan mereka taat. Kepada badai di laut Dia akan mengatakan, “Tenang.” Dan kepada potongan roti Dia akan mengatakan, “Jadilah makanan untuk ribuan (orang)”. Dan itu langsung terjadi.[11]
Beberapa mungkin berargumen karena kekuasaan datang dari BapaNya, tidak berarti Yesus itu Allah. Namun Allah tidak pernah memberikan kuasaNya untuk menciptakan mahluk yang akan disembah. Melakukan itu artinya melanggar Perintah Allah sendiri.
Menerima Penyembahan
Tidak ada lebih mendasar di agama Yahudi dari fakta bahwa hanya Allah yang disembah. Nyatanya, perintah pertama di Sepuluh Perintah adalah,
Jangan menyembah tuhan lain selain Aku.” (Keluaran 20:3 )
Jadi, dosa paling berat seorang Yahudi adalah menyembah mahluk lain selain Allah, atau menerima penyembahan. Jadi jika Yesus bukan Allah, maka akan jadi penghujatan untuk menerima penyembahan.
Setelah kebangkitan Yesus, para murid menceritakan kepada Tomas bahwa mereka telah melihat Tuhan hidup (Johanes 20:24-29). Tomas tidak percaya dan mengatakan kepada mereka dia akan percaya jika dia sudah mecucukkan jarinya ke luka di tangan dan perut Yesus. Delapan hari kemudian, semua murid berkumpul di ruang yang terkunci, tiba-tiba Yesus hadir dihadapan mereka. Yesus melihat Tomas dan berkata kepadanya,” Taruh jarimu di sini dan lihat tanganKu. Taruh tanganmu di luka perutKu.”
Tomas tidak memerlukan bukti lebih banyak lagi. Dia langsung percaya dan berseru kepada Yesus:
Tuhanku dan Allahku!”
Tomas menyembah Yesus sebagai Allah! Jika Yesus bukan Allah, Dia pasti akan langsung memperingatkan Tomas. Tapi daripada memperingatkan Tomas karena menyembahNya sebagai Allah, Yesus malah memuji dia:
Kamu percaya karena telah melihatKu Diberkatilah mereka yang tidak melihat namun percaya.”
Yesus menerima penyembahan atas sembilan peristiwa. Dalam konteks keyakinan Yahudi, penerimaan Yesus atas penyembahan berbicara banyak atas klaim ke-Tuhan-anNya. Meskipun begitu, para murid belum mengerti sepenuhnya sampai Yesus naik ke surga. Sebelum Yesus terangkat, Dia mengatakan kepada para murid untuk “membaptiskan murid-murid baru dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:19), menempatkan Roh Kudus dan diriNya pada tingkat yang sama dengan Bapa.[12]