Anak Allah
Yesus juga mengklaim sebagai, “Anak Allah.” Gelar ini tidak berarti Yesus adalah anak biologis Allah. Istilah “Anak” juga bukan berarti menyiratkan lebih rendah posisinya, seperti anak manusia yang pada dasarnya lebih rendah dihadapan ayahnya. Seorang anak juga mempunyai DNA ayahnya, dan kendati dia berbeda, mereka berdua manusia. Para ahli menjelaskan istilah “Anak Allah” dalam bahasa asli merujuk pada keserupaan, atau “dari unit yang sama”. Yesus memaksudkan itu bahwa Dia punya esensi ke-Tuhan-an, atau dalam istilah abad 21, “DNA Allah”. Professor Peter Kreeft menjelaskan,
Apa yang Yesus maksudkan ketika Dia menyebut diriNya Anak Allah?” Anak manusia adalah manusia. (Kedua istilah ‘anak’ dan ‘manusia’, sama artinya untuk laki-laki dan perempuan.) Anak monyet adalah monyet. Anak anjing adalah anjing. Anak hiu adalah hiu. Dan demikian juga Anak Allah adalah Allah. ‘Anak Allah’ adalah gelar ke-Tuhan-an”[8]
Dalam Yohanes 17, Yesus berbicara tentang kemuliaan, yang dialami, Dia dan Bapa sebelum dunia dijadikan. Tapi dengan menyebut diri “Anak Allah”, apa Yesus mengklaim sama dengan Allah? Packer menjawab:
Ketika Alkitab memproklamirkan Yesus sebagai Anak Allah, pernyataan itu berarti sebagai penegasan ke-Tuhan-anNya.”[9]
Jadi nama-nama yang Yesus pakai untuk diriNya menunjuk pada fakta bahwa Dia mengklaim kesamaan (kesetaraan) dengan Allah. Tapi apakah Yesus berbicara dan bertindak dengan otoritas Allah?
Mengampuni Dosa
Dalam agama Yahudi, mengampuni dosa hanya bisa dilakukan oleh Allah sendiri. Pengampunan selalu personal; seseorang tidak bisa memberi pengampunan atas nama orang yang menderita akibat kesalahan orang lain (haruslah yang menderita itu yang memberikan pengampunan) , terutama jika Orang itu itu adalah Allah. Namun pada beberapa peristiwa, Yesus bertindak seakan-akan Dialah Allah dengan mengampuni pendosa. Para pemimpin agama akhirnya meledak dengan kemarahan mendidih terhadap Yesus, ketika Dia mengampuni dosa orang yang lumpuh di hadapan mereka.
Mengapa orang ini berkata-kata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah sendiri?”(Markus 2:7)
Lewis membayangkan reaksi kekagetan dari semua orang yang mendengar Yesus:
Kemudian tiba syok sebenarnya,” tulis Lewis, “Di antara orang Yahudi itu tiba-tiba ada orang yang berbicara seakan-akan Dia adalah Allah. Dia mengklaim mengampuni dosa. Dia mengatakan Dia selalu ada (kekal). Dia mengatakan Dia akan datang untuk menghakimi dunia pada akhir jaman (kiamat). Sekarang, mari kita memperjelas hal ini. Diantara penganut agama banyak allah (atau dewa-dewa), setiap orang mungkin bisa mengatakan dia adalah bagian dari Allah, atau orang yang bersama Allah ….. tapi orang ini, karena Dia Yahudi, tidak bisa berarti semacam bagian dari Allah. Allah, dalam bahasa mereka, berarti Mahluk diluar dunia, yang telah membuat dunia dan secara tak terhingga sangat berbeda dari segala sesuatu. Dan ketika anda memahami itu, anda akan lihat bahwa apa yang dikatakan orang itu, sederhananya, hal paling mengejutkan yang pernah diucapkan dari bibir manusia.”[10]